Sebenarnya tak hanya di Lamongan, makam yang dipercayai sebagai
“rumah terakhir” Syekh Maulana Ishaq juga bisa ditemui di banyak tempat.
Beberapa di antaranya yakni di Gresik, Situbondo, Klaten, Bantul,
Wonosobo, Pemalang, Banyumas, Cirebon, dan lain-lain. Namun, Di
Lamongan, selain bisa belajar dari dongeng yang beredar di masyarakat,
kita juga disuguhi dengan pemandangan nan elok di mata.
Lokasi makam Syekh Maulana Ishaq ini berada di Jalan Maulana Ishaq,
Desa Kemantren, Kecamatan Paciran. Lokasinya tidak jauh dari makam Sunan
Drajat, hanya sekitar 2 km sebelah Timur atau tak lebih dari 10 menit
perjalanan dengan kendaraan bermotor.
Kita akan dibuat “adem panas” sesaat setelah sampai di area makam.
Tentu, bukan adem panas dalam arti demam, maksud saya. Namun, adem
karena sepoi angin dari laut yang menghampar di depan area makam. Dan
panas karena daerah pesisir Lamongan memang memiliki suhu udara yang
cukup untuk membuat Anda gerah, terlebih di siang hari.
Menurut dongeng yang diceritakan oleh H Askur, juru kunci makam,
Syekh Maulana Ishaq sampai di Pesisir Lamongan setelah diusir dari
kerajaan Blambangan. Sebelumnya, seperti cerita pada versi-versi lain,
Syekh Maulana Ishaq menikah dengan anak Raja Blambangan,
Dewi Sekardadu, setelah berhasil menyembuhkan putri kesayangan raja tersebut dari penyakit ganas yang diderita sekian lama.
Akhirnya Syekh Maulana Ishaq pun menikah dengan Dewi Sekardadu
seperti yang sudah disayembarakan sang raja sebelumnya: bahwa jika yang
dapat menyembuhkan adalah seorang perempuan, maka akan dijadikan saudara
Dewi Sekardadu. Sedangkan, jika laki-laki akan dinikahkan dengan putri
cantik tesebut. Satu permintaan lain Syekh Maulana Ishaq, yang saat itu
disanggupi oleh sang raja, selain hadiah sayembara adalah agar ia
diberikan kebebasan untuk siar agama Islam di wilayah kekuasaan kerajaan
Blambangan. Padahal, kerajaan Blambangan merupakan kerajaan yang
menganut ajaran Hindu.Dua tahun berselang, saat Dewi Sekardadu sedang hamil muda
(mengandung Sunan Giri), sang raja mulai gelisah. Ketidaksepahaman akan
agama yang disiarkan menantunya, membuat ia ingkar akan janji yang
pernah ia sepakati dulu. Imbasnya, Syekh Maulana Ishaq pun diusir dari
kerajaan.
Sebelum pergi, Syekh Maulana Ishaq berpesan kepada istrinya. Jika
suatu saat Dewi Sekardadu ingin menemuinya, agar berjalan menyusuri
daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa. Sebab Syekh Maulana Ishaq akan
melanjutkan siarnya di sekitar sana.
“Setelah menempuh perjalanan jauh, Dewi Sekardadu akhirnya bertemu
dengan suaminya di desa ini,” tutur H Askur saat bercerita di makam
Syekh Maulana Ishaq. Lanjut ia bercerita, setelah kembali berpisah
dengan istri untuk melanjutkan siar agama ke daerah lain, Syekh Maulana
Ishaq berpesan kepada dua muridnya. Jika suatu saat ia meninggal dunia,
agar dimakamkan di tempat yang sama saat bertemu dengan Dewi Sekardadu
dulu, yakni di desa yang saat ini bernama Desa Kemantren. Selain makam
Syekh Maulana Ishaq, di tempat yang sama secara berdampingan juga
terdapat makam dua murid ayah Sunan Giri tersebut.