Kamis, 04 September 2014

Makam Syekh Maulana Ishak Di Percaya Di Lamongan. 5 Sept


Sebenarnya tak hanya di Lamongan, makam yang dipercayai sebagai “rumah terakhir” Syekh Maulana Ishaq juga bisa ditemui di banyak tempat. Beberapa di antaranya yakni di Gresik, Situbondo, Klaten, Bantul, Wonosobo, Pemalang, Banyumas, Cirebon, dan lain-lain. Namun, Di Lamongan, selain bisa belajar dari dongeng yang beredar di masyarakat, kita juga disuguhi dengan pemandangan nan elok di mata.
Lokasi makam Syekh Maulana Ishaq ini berada di Jalan Maulana Ishaq, Desa Kemantren, Kecamatan Paciran. Lokasinya tidak jauh dari makam Sunan Drajat, hanya sekitar 2 km sebelah Timur atau tak lebih dari 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.
Kita akan dibuat “adem panas” sesaat setelah sampai di area makam. Tentu, bukan adem panas dalam arti demam, maksud saya. Namun, adem karena sepoi angin dari laut yang menghampar di depan area makam. Dan panas karena daerah pesisir Lamongan memang memiliki suhu udara yang cukup untuk membuat Anda gerah, terlebih di siang hari.
Menurut dongeng yang diceritakan oleh H Askur, juru kunci makam, Syekh Maulana Ishaq sampai di Pesisir Lamongan setelah diusir dari kerajaan Blambangan. Sebelumnya, seperti cerita pada versi-versi lain, Syekh Maulana Ishaq menikah dengan anak Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, setelah berhasil menyembuhkan putri kesayangan raja tersebut dari penyakit ganas yang diderita sekian lama.
Akhirnya Syekh Maulana Ishaq pun menikah dengan Dewi Sekardadu seperti yang sudah disayembarakan sang raja sebelumnya: bahwa jika yang dapat menyembuhkan adalah seorang perempuan, maka akan dijadikan saudara Dewi Sekardadu. Sedangkan, jika laki-laki akan dinikahkan dengan putri cantik tesebut. Satu permintaan lain Syekh Maulana Ishaq, yang saat itu disanggupi oleh sang raja, selain hadiah sayembara adalah agar ia diberikan kebebasan untuk siar agama Islam di wilayah kekuasaan kerajaan Blambangan. Padahal, kerajaan Blambangan merupakan kerajaan yang menganut ajaran Hindu.Dua tahun berselang, saat Dewi Sekardadu sedang hamil muda (mengandung Sunan Giri), sang raja mulai gelisah. Ketidaksepahaman akan agama yang disiarkan menantunya, membuat ia ingkar akan janji yang pernah ia sepakati dulu. Imbasnya, Syekh Maulana Ishaq pun diusir dari kerajaan.
Sebelum pergi, Syekh Maulana Ishaq berpesan kepada istrinya. Jika suatu saat Dewi Sekardadu ingin menemuinya, agar berjalan menyusuri daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa. Sebab Syekh Maulana Ishaq akan melanjutkan siarnya di sekitar sana.
“Setelah menempuh perjalanan jauh, Dewi Sekardadu akhirnya bertemu dengan suaminya di desa ini,” tutur H Askur saat bercerita di makam Syekh Maulana Ishaq. Lanjut ia bercerita, setelah kembali berpisah dengan istri untuk melanjutkan siar agama ke daerah lain, Syekh Maulana Ishaq berpesan kepada dua muridnya. Jika suatu saat ia meninggal dunia, agar dimakamkan di tempat yang sama saat bertemu dengan Dewi Sekardadu dulu, yakni di desa yang saat ini bernama Desa Kemantren. Selain makam Syekh Maulana Ishaq, di tempat yang sama secara berdampingan juga terdapat makam dua murid ayah Sunan Giri tersebut.

komentar