Kisruh persepakbolaan di tanah air dengan adannya dualisme kepemimpinan membuat sepakbola di Tanah Air semakin tidak karuan. Polemik itulah yang mengakibatkan timnas garuda tidak bisa berprestasi di kancah Internasional. Dualisme ini harus di selesaikan di antara dua kubu yang bertikai. Kubu PSSI yang di motori Johar Arifin dan kubu KPSI yang di motor La Nyala Matalitti.
Pertikaian semacam dualisme tersebut akan mengakibatkan betapa jauhnya kita tertinggal di banding dengan sepakbola negeri para bule(Eropa). Kita harus jujur mengakui bahwa sepakbola kita memang masih 'primitif' di banding mereka.
Siapapun sepakat, sebuah tim nasional akan tangguh, jika kompetisi liga nasional menghasilkan klub-klub kuat yang melahirkan banyak pemain hebat. Di sinilah pentingnya dualisme kepemimpinan harus segera berakhir. Setelah hampir setiap hari di nodai sikap brutal penonton, tertunggaknya gaji pemain, sampai dengan kematian seorang pemain bola di tanah air. Sehingga prestasi Tim Nasional kita pun semakin memprihatinkan, bahkan tak mampu mengalahkan Singapura yang jumlah penduduknya tak lebih banyak dibanding kota Lamongan.
Kita akui sepakbola kita memang sedang 'sekarat'. Dan pengobatannya tak cukup hanya diinfus, tapi harus dibedah di 'meja operasi'. Pola pembinaan sepakbola di negeri ini harus dibongkar ulang. Seluruh pelaku sepakbola harus bersatu dan tidak ada dualisme lagi, agar semuanya berjalan ter-intergrated.
Jikalau masalah dualisme sudah teratasi, barulah kita membenahi dan berjuang keras demi masa depan sepakbola negeri tercinta ini. Mulai dari soal penanganan pembinaan usia dini, peningkatan kualitas pelatih, mutu wasit dan inspektur pertandingan(IP), profesionalisme pengurus yang mengelola kompetisi, kemampuan menarik sponsor masuk ke sepakbola, serta kemampuan sumber daya manusia dan perangkat penegakan rule sepakbola nasional.
Di lain pihak, para pengelola klub harus profesional. Mereka harus memiliki orang-orang yang expert dalam menangani klub. Mari kita turun ke bumi, bekerja membenahi persepakbolaan negeri tercinta. Selamat Berjuang. (RAF).